Jumat, 08 April 2016

Wisnu Gardjito dan UD Sumber Rejeki : Menyulap Kelapa Menjadi Produk Bernilai Tinggi


            Kecintaan Wisnu Gardjito pada kelapa bermula saat menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor. Almarhum Sutarwi, penggagas Program Bimas di masa Orba, yang awalnya mengenalkan Wisnu pada buah yang pohon-pohonnya melimpah di hampir seluruh wilayah Indonesia itu.

Namun Wisnu Garjito baru mengembangkan produk berbahan kelapa ketika ia bekerja di UNIDO yang memberinya kesempatan untuk mengembangkan wilayah Indonesia Bagian Timur. Ada beberapa komoditas yang dikembangkan, dan sekitar tahun 2000-an, Wisnu fokus mengembangkan kelapa.

Setelah meninggalkan pekerjaan di UNIDO, Wisnu makin serius mengolah kelapa. “Dari kelapa, bisa dihasilkan sekitar 1600 produk akhir, dan bila dijadikan industri, akan menyerap banyak tenaga kerja,” terangnya dalam perbincangan dengan Tarbawi di rumahnya yang asri di Depok, Jawa Barat.

Atas biaya sendiri, Wisnu pergi ke seluruh Indonesia untuk membina petani kelapa di desa-desa. “Saya mengajar cara membuat VCO. Saya beri mesin, mereka menyetor dalam bentuk curah, dan selanjutnya dikemas di Jakarta,” tambahnya.  

Virgin Coconut Oil (VCO) hanya satu dari 45 produk olahan kelapa yang telah dikembangkannya. Bersama sang istri, Vipie, lelaki yang pernah menimba ilmu di  Amerika Serikat, dan Jepang itu, mengembangkan sabun herbal, lotion untuk menghaluskan kulit sekaligus anti nyamuk, minyak goreng tahan tengik yang bagus bagi kesehatan, body scrub, hingga aneka minuman kesehatan.

“Kelapa, potensi pemanfaatannya banyak sekali. Bisa juga untuk sambal, selai, airnya bisa diminum, batoknya untuk arang, sabutnya untuk spring bed, dan batangnya untuk furniture. Sabut kelapa dicampur semen bisa menjadi batako,” terang Wisnu.

Latar belakang ilmu yang memadai membuat Wisnu relatif gampang meluncurkan berbagai olahan kelapa. Ia hanya perlu kembali ke laboratorium selama beberapa hari atau paling tidak seminggu untuk mendapat formula produknya. “Proses cepat karena sudah ada ilmu, sudah tahu perilaku kelapa, jadi tidak perlu trial and error,” terangnya. 

Selain memahami perilaku kelapa, Wisnu Gardjito juga fasih menerangkan manfaat kelapa dari sudut pandang kesehatan yang selama ini jarang dimengerti orang awam. VCO, terbukti mampu memperbaiki metabolisme, membunuh virus, bakteri, jamur, dan memperbaiki organ tubuh. Dan dari VCO inilah berkembang aneka produk lain yang bukan hanya membersihkan tubuh, tapi juga menghindarkan kulit dari bakteri dan jamur yang merusak.   

Khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan juga terkandung dalam air kelapa. Mengandung garam mineral dan berbagai asam amino essensial, air kelapa disebut juga larutan isotonik alami yang dapat mengatasi dehidrasi secara sehat, alami, dan murah.   

Sayangnya, selama ini, nilai tambah kelapa lebih banyak dimanfaatkan pihak asing karena kebiasaan orang Indonesia menjual kelapa dalam bentuk kopra. Padahal, dengan ilmu dan teknologi, akan lebih menguntungkan bila kelapa diolah sendiri, dan dijual dalam berbagai produk akhir yang bisa digunakan konsumen untuk keperluan sehari-hari. Kelapa juga tidak bisa diganti produk sintetis, serta mudah penanamannya. Semua keunggulan itu memotivasi Wisnu untuk serius mengembangkan pohon yang mayoritas dimiliki rakyat biasa tersebut.    
    
“Karena basisnya rakyat, saya ingin mengembangkan dengan sistem sosialisme Islam. Artinya berbasis pada Al Qur’an dan Hadits, yang mengajari kita berbagi, berkasih sayang, memahami, dan tidak rakus. Karena itu yang saya bentuk adalah sistem usaha bersama, semua orang, mulai dari tukang sapu sampai direktur punya saham,” lanjutnya.

Vipie, istri sekaligus partner penting dalam mengembangkan sistem usaha  mengatakan, ada nilai kebersamaan yang tinggi yang memperkuat satu dengan yang lain dalam usaha yang diberi nama UD Sumber Rejeki. “Tidak ada yang merasa pintar sendiri, atau hebat sendiri. Jadi siapa punya ilmu, siapa punya pasar, siapa punya rumah dan tanah, siapa punya tenaga. Usaha ini keroyokan. Dalam ajaran Islam kan diajarkan supaya tidak serakah. Caranya sharing dengan teman-teman. Kalau sendiri nggak mampu. Kalau disatukan jadi kuat,” jelasnya.

Dengan kebersamaan itulah jaringan pemasaran mulai terbangun. Ketika booming VCO pada tahun 2005, Vipie mengaku sempat mengantongi nilai penjualan yang sangat besar. Booming VCO memunculkan pelaku pembuat VCO di mana-mana yang berakibat harga VCO berantakan. Karena banyak pihak yang berlomba menekan harga tanpa peduli kualitas, sedangkan pembeli jarang yang bisa mengenali produk mana yang kualitasnya baik.

Setelah VCO, satu demi satu produk lain, yang mayoritas lahir dari ide Vipie, sebagai pemasar, dan suaminya sebagai teknolog, mulai diluncurkan ke pasar yang ternyata menyerapnya dengan baik. Semua produk itu berasal dari kelapa yang ditanam di Sulawesi, Kalimantan, Papua, yang menurut Wisnu kualitasnya sangat bagus. Namun finishing dan packaging produk tetap dilakukan di Jakarta.

Meski produknya telah tersebar di berbagai daerah serta mulai merambah pasar luar negeri, UD Sumber Rejeki tidak memerlukan pabrik besar untuk berproduksi. Nilai kebersamaan yang dianut UD Sumber Rejeki diimplementasikan dengan membentuk titik-titik produksi yang disebut cluster, akan memproduksi item yang berbeda-beda tergantung sumber daya yang dimiliki penduduk sekitar yang bergabung dalam usaha tersebut.

Cluster pertama di Palu. Lokasi itu dipilih karena dekat dengan bahan baku.  Setiap cluster beda spesialisasi tergantung sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan pasar yang dimiliki,” ujar Vipie.

Dari 45 item produk yang dipasarkan, awalnya, VCO mendapat respon tertinggi. Tapi kini, sabun yang dicampur dengan green tea, strawberry, lidah buaya, serta body scrub, dan minuman sudah mulai diserap pasar dengan bagus. Ketika Tarbawi berkunjung, UD Sumber Rejeki bahkan sedang menyiapkan sabun herbal yang dipesan pembeli dari Rumania. 

UD Sumber Rejeki yang hingga kini terus membuka diri untuk bekerjasama dengan berbagai pihak itu optimis akan mampu menambah jumlah item produk olahan kelapa. “Kami usaha bersama. Skeme kerjasama dengan tiap pihak berbeda-beda sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Ingin juga bekerjasama dengan ahli kosmetik atau ahli makanan untuk pengembangan produk. Tapi kalau mau bergabung, niatnya jangan cuma mencari materi.,” tambah Vipie.

Secara batin, banyak kenikmatan yang dirasakan Vipie ketika memilih mengelola usaha dengan menerapkan kebersamaan. “Yang jelas merasakan enaknya silaturahim, dan rejeki yang saya makan bukan untuk dinikmati sendiri. Semoga ada cataan di akherat yang baik. Kita butuh kehidupan di dunia tapi di akherat lebih kekal,” ujarnya.

Sayangnya, niat baik untuk mengajak kerjasama berbagai pihak, sempat berbuah penipuan. Beberapa kali Vipie kedatangan orang yang mengaku dhuafa atau mengatasnamakan wakil kaum dhuafa, yang setelah diberi produk senilai beberapa juta, akhirnya menghilang begitu saja.

Penipuan yang sempat mengguncang cash flow juga dialami Vipie sekitar tahun 2007. Penipu yang nampaknya sudah professional itu berpura-pura memesan banyak barang untuk parcel Lebaran. Setelah barang diserahkan, Vipie dibayar dengan cek kosong, dan ketika akan diusut ternyata kantor yang bersangkutan telah tutup.

“Sampai hampir putus harapan.  Itu cobaan buat saya, nggak bisa ditolak, harus dijalani. Kalau saya mikirin itu akan stress. Akhirnya saya kembalikan kepada Allah, ya Allah gantikan dengan rejeki yang lebih baik, yang lebih berkah, lebih nikmat. Mungkin ini teguran dari Allah,” tutur Vipie.

Tak diduga, justru setelah penipuan itulah, Vipie bertemu dengan orang-orang yang lebih baik, dan memiliki jaringan pasar luas. “Ketika akhirnya mendapat pembalasan  rejeki yang luar biasa, itu kepuasan tak terhingga bagi saya. Bisnis itu kejam. Duit itu tidak ada saudara. Jangan percaya siapa pun, harus percaya pada diri sendiri. Itu pembelajaran buat kita. Harus hati-hati. Itu ilmu yang tidak bisa didapatkan di bangku kuliah.,” kenangnya.

Kini, bisa dibilang, Vipie telah mahir mendeteksi gerak-gerak pihak yang ingin menipu sehingga ia berani memastikan jumlah penipuan di UD Sumber Rejeki mencapai jumlah zero alias tidak ada.

Lepas dari penipuan, dan makin luasnya pemasaran bukan berarti tidak ada masalah. “Bangsa kita inginnya ikut-ikutan, merasa bisa sendiri. Seperti pikiran saya yang punya duit, kamu yang harus kerja pada saya. Padahal kalau punya duit tapi ilmunya tidak ada apakah duitnya akan bertambah. Alhamdulillah kita berdoa agar dipertemukan dengan orang baik. Hubungan ke Allah ada. Kalau sekedar hubungan antar manusia, sekedar cari untung, susah. Yang mau dengan sistem ini bukan mengejar materi. Materi dapat tapi bukan hanya itu tujuannya. Memang susah cari partnernya, ada seleksi alam,” terang Vipie.

Meski terhadang berbagai kesulitan, baik Wisnu maupun Vipie mengaku puas bisa mengembangkan kelapa yang menyambungkan keduanya dengan rakyat sederhana pemilik kebun kelapa di pelosok tanah air. “Kepuasan mengembangkan kelapa terletak pada fakta bahwa ini tanaman milik rakyat. Kelapa tidak memerlukan perawatan khusus, dan pasarnya tak terbatas. Membeli produk kami berarti memperkuat ekonomi rakyat biasa. Bagi saya, sungguh mengesankan ketika pergi ke daerah, mereka tercengang ketika dijelaskan banyaknya manfaat kelapa. Akhirnya mereka antusias sekali,” ujar Vipie.

Keyakinan terhadap prospek pengembangan produk berbahan baku kelapa serta pemasarannya memang tak diragukan lagi. Justru yang sedikit mencemaskan adalah kalau-kalau terjadi alih fungsi lahan perkebunan kelapa. Karena itu, Vipie berharap, pemerintah memberi dukungan, setidaknya dengan menyusun regulasi dan sosialisasi agar lahan perkebunan kelapa tetap lestari sehingga pasokan bahan baku untuk membuat produk-produk berbahan baku pure VCO tetap tersedia. “Saya juga berharap, pemerintah mempermudah perijinan produk. Jangan dipersulit dengan pengurusan berbelit atau biaya tinggi,”tambahnya.

Masih banyak rencana pengembangan yang dipaparkan Vipie. Selain memperbanyak jumlah item produk, memperluas pemasaran, kini ia tengah berusaha meraih impian lainnya, yaitu membangun desa yang di dalamnya terdapat pusat kesehatan, pusat pengetahuan, dan memiliki fasilitas dengan standar internasional. “Terbayang desa yang asri, dan indah, konsepnya sudah ada, tinggal mencari lokasi. Mungkin di sekitar Jawa Barat,” ujarnya.


Perjuangan Wisnu, Vipie, dan sederet pihak yang tergabung dalam UD Sumber Rejeki, bukan hanya memastikan berjalannya roda bisnis, namun juga mengawinkan semangat dan nilai-nilai kebaikan. Mungkin terlihat jauh lebih rumit bila dibandingkan dengan pelaku bisnis yang hanya sekedar mencari uang apalagi yang menghalalkan segala cara. Tapi bila ketenangan batin yang dicari, tempat terpuji di akherat yang hendak dikejar, berbisnis dengan terus berpegang pada nilai-nilai kemuliaan memang menjadi satu-satunya pilihan.          

Sumber : Majalah Tarbawi

2 komentar:

  1. ass. mas sy fauzi. . sy pernah ketemu pak wisnu. di rmh kontrakan sy. di citereup. dgn mas puguh. . . skrng no hp pak wisnu hilang. . pertemuan sy dgn pak wisnu. . membicarakan ttng. free energy. . pesanan pak wisnu. . . untuk di bicarakan lebih lanjut. . . ini no gp sy 082175850331. . . sy putus komunikasi. . tlng kasi tau ke beliau. . . agar dia menghubungi saya melalui nomer hp wa ini

    BalasHapus
  2. Kalau Saya mau Jadi reseller produknya pa wisnu, bagaimana caranya?Terima Kasih.

    BalasHapus