Kecintaan
Wisnu Gardjito pada kelapa bermula saat menuntut ilmu di Institut Pertanian
Bogor. Almarhum Sutarwi,
penggagas Program Bimas di masa Orba, yang awalnya mengenalkan Wisnu pada buah
yang pohon-pohonnya melimpah di hampir seluruh wilayah
Indonesia itu.
Namun Wisnu
Garjito baru mengembangkan produk berbahan kelapa ketika ia bekerja di UNIDO
yang memberinya kesempatan untuk mengembangkan wilayah Indonesia Bagian Timur. Ada beberapa komoditas
yang dikembangkan, dan sekitar tahun 2000-an, Wisnu fokus mengembangkan kelapa.
Setelah meninggalkan
pekerjaan di UNIDO, Wisnu makin serius mengolah kelapa. “Dari kelapa, bisa
dihasilkan sekitar 1600 produk akhir, dan bila dijadikan industri, akan
menyerap banyak tenaga kerja,” terangnya dalam perbincangan dengan Tarbawi di
rumahnya yang asri di Depok, Jawa Barat.
Atas biaya
sendiri, Wisnu pergi ke seluruh Indonesia
untuk membina petani kelapa di desa-desa. “Saya mengajar cara membuat VCO. Saya
beri mesin, mereka menyetor dalam bentuk curah, dan selanjutnya dikemas di Jakarta,” tambahnya.
Virgin Coconut Oil (VCO) hanya satu dari
45 produk olahan kelapa yang telah dikembangkannya. Bersama sang istri, Vipie,
lelaki yang pernah menimba ilmu di
Amerika Serikat, dan Jepang itu, mengembangkan sabun herbal, lotion
untuk menghaluskan kulit sekaligus anti nyamuk, minyak goreng tahan tengik yang
bagus bagi kesehatan, body scrub, hingga aneka minuman kesehatan.
“Kelapa,
potensi pemanfaatannya banyak sekali. Bisa juga untuk sambal, selai, airnya
bisa diminum, batoknya untuk arang, sabutnya untuk spring bed, dan batangnya untuk furniture.
Sabut kelapa dicampur semen bisa menjadi batako,” terang Wisnu.
Latar belakang
ilmu yang memadai membuat Wisnu relatif gampang meluncurkan berbagai olahan
kelapa. Ia hanya perlu kembali ke laboratorium selama beberapa hari atau paling
tidak seminggu untuk mendapat formula produknya. “Proses cepat karena sudah ada
ilmu, sudah tahu perilaku kelapa, jadi tidak perlu trial and error,”
terangnya.
Selain
memahami perilaku kelapa, Wisnu Gardjito juga fasih menerangkan manfaat kelapa
dari sudut pandang kesehatan yang selama ini jarang dimengerti orang awam. VCO,
terbukti mampu memperbaiki metabolisme, membunuh virus, bakteri, jamur, dan
memperbaiki organ tubuh. Dan dari VCO inilah berkembang aneka produk lain yang
bukan hanya membersihkan tubuh, tapi juga menghindarkan kulit dari bakteri dan
jamur yang merusak.
Khasiat yang
bermanfaat bagi kesehatan juga terkandung dalam air kelapa. Mengandung garam
mineral dan berbagai asam amino essensial, air kelapa disebut juga larutan
isotonik alami yang dapat mengatasi dehidrasi secara sehat, alami, dan
murah.
Sayangnya, selama
ini, nilai tambah kelapa lebih banyak dimanfaatkan pihak asing karena kebiasaan
orang Indonesia
menjual kelapa dalam bentuk kopra. Padahal, dengan ilmu dan teknologi, akan
lebih menguntungkan bila kelapa diolah sendiri, dan dijual dalam berbagai
produk akhir yang bisa digunakan konsumen untuk keperluan sehari-hari. Kelapa juga tidak bisa diganti produk
sintetis, serta mudah penanamannya. Semua keunggulan itu memotivasi Wisnu untuk
serius mengembangkan pohon yang mayoritas dimiliki rakyat biasa tersebut.
“Karena basisnya rakyat, saya ingin mengembangkan
dengan sistem sosialisme Islam. Artinya berbasis pada Al Qur’an dan Hadits,
yang mengajari kita berbagi, berkasih sayang, memahami, dan tidak rakus. Karena
itu yang saya bentuk adalah sistem usaha bersama, semua orang, mulai dari
tukang sapu sampai direktur punya saham,” lanjutnya.
Vipie, istri sekaligus partner penting dalam
mengembangkan sistem usaha mengatakan,
ada nilai kebersamaan yang tinggi yang memperkuat satu dengan yang lain dalam
usaha yang diberi nama UD Sumber Rejeki. “Tidak ada yang merasa pintar sendiri,
atau hebat sendiri. Jadi siapa punya ilmu, siapa punya pasar, siapa punya rumah
dan tanah, siapa punya tenaga. Usaha ini keroyokan. Dalam ajaran Islam kan diajarkan supaya tidak serakah.
Caranya sharing dengan teman-teman.
Kalau sendiri nggak mampu. Kalau disatukan jadi kuat,” jelasnya.
Dengan kebersamaan itulah jaringan pemasaran mulai
terbangun. Ketika booming VCO pada tahun 2005, Vipie mengaku sempat mengantongi
nilai penjualan yang sangat besar. Booming VCO memunculkan pelaku pembuat VCO
di mana-mana yang berakibat harga VCO berantakan. Karena banyak pihak yang
berlomba menekan harga tanpa peduli kualitas, sedangkan pembeli jarang yang
bisa mengenali produk mana yang kualitasnya baik.
Setelah VCO, satu demi satu produk lain, yang
mayoritas lahir dari ide Vipie, sebagai pemasar, dan suaminya sebagai teknolog,
mulai diluncurkan ke pasar yang ternyata menyerapnya dengan baik. Semua produk
itu berasal dari kelapa yang ditanam di Sulawesi, Kalimantan, Papua, yang
menurut Wisnu kualitasnya sangat bagus. Namun finishing dan packaging produk
tetap dilakukan di Jakarta.
Meski produknya telah tersebar di berbagai daerah
serta mulai merambah pasar luar negeri, UD Sumber Rejeki tidak memerlukan
pabrik besar untuk berproduksi. Nilai kebersamaan yang dianut UD Sumber Rejeki
diimplementasikan dengan membentuk titik-titik produksi yang disebut cluster, akan memproduksi item yang
berbeda-beda tergantung sumber daya yang dimiliki penduduk sekitar yang bergabung
dalam usaha tersebut.
“Cluster pertama
di Palu. Lokasi itu dipilih karena dekat dengan bahan baku. Setiap cluster
beda spesialisasi tergantung sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan
pasar yang dimiliki,” ujar Vipie.
Dari 45 item produk yang dipasarkan, awalnya, VCO
mendapat respon tertinggi. Tapi kini, sabun yang dicampur dengan green tea,
strawberry, lidah buaya, serta body scrub, dan minuman sudah mulai diserap
pasar dengan bagus. Ketika Tarbawi berkunjung, UD Sumber Rejeki bahkan sedang
menyiapkan sabun herbal yang dipesan pembeli dari Rumania.
UD Sumber Rejeki yang hingga kini terus membuka
diri untuk bekerjasama dengan berbagai pihak itu optimis akan mampu menambah
jumlah item produk olahan kelapa. “Kami usaha bersama. Skeme kerjasama dengan
tiap pihak berbeda-beda sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Ingin juga
bekerjasama dengan ahli kosmetik atau ahli makanan untuk pengembangan produk.
Tapi kalau mau bergabung, niatnya jangan cuma mencari materi.,” tambah Vipie.
Secara batin, banyak kenikmatan yang dirasakan
Vipie ketika memilih mengelola usaha dengan menerapkan kebersamaan. “Yang jelas
merasakan enaknya silaturahim, dan rejeki yang saya makan bukan untuk dinikmati
sendiri. Semoga ada cataan di akherat yang baik. Kita butuh kehidupan di dunia
tapi di akherat lebih kekal,” ujarnya.
Sayangnya, niat baik untuk mengajak kerjasama
berbagai pihak, sempat berbuah penipuan. Beberapa kali Vipie kedatangan orang
yang mengaku dhuafa atau mengatasnamakan wakil kaum dhuafa, yang setelah diberi
produk senilai beberapa juta, akhirnya menghilang begitu saja.
Penipuan yang sempat mengguncang cash flow juga dialami Vipie sekitar
tahun 2007. Penipu yang nampaknya sudah professional itu berpura-pura memesan
banyak barang untuk parcel Lebaran. Setelah barang diserahkan, Vipie dibayar
dengan cek kosong, dan ketika akan diusut ternyata kantor yang bersangkutan
telah tutup.
“Sampai hampir putus harapan. Itu cobaan buat saya, nggak bisa ditolak, harus dijalani. Kalau saya mikirin itu akan stress. Akhirnya saya kembalikan kepada Allah, ya
Allah gantikan dengan rejeki yang lebih baik, yang lebih berkah, lebih nikmat.
Mungkin ini teguran dari Allah,” tutur Vipie.
Tak diduga, justru setelah penipuan itulah, Vipie
bertemu dengan orang-orang yang lebih baik, dan memiliki jaringan pasar luas. “Ketika
akhirnya mendapat pembalasan rejeki yang
luar biasa, itu kepuasan tak terhingga bagi saya. Bisnis itu kejam. Duit itu
tidak ada saudara. Jangan percaya siapa pun, harus percaya pada diri sendiri.
Itu pembelajaran buat kita. Harus hati-hati. Itu ilmu yang tidak bisa
didapatkan di bangku kuliah.,” kenangnya.
Kini, bisa dibilang, Vipie telah mahir mendeteksi gerak-gerak
pihak yang ingin menipu sehingga ia berani memastikan jumlah penipuan di UD
Sumber Rejeki mencapai jumlah zero alias tidak ada.
Lepas dari penipuan, dan makin luasnya pemasaran
bukan berarti tidak ada masalah. “Bangsa kita inginnya ikut-ikutan, merasa bisa
sendiri. Seperti pikiran saya yang punya duit, kamu yang harus kerja pada saya.
Padahal kalau punya duit tapi ilmunya tidak ada apakah duitnya akan bertambah. Alhamdulillah
kita berdoa agar dipertemukan dengan orang baik. Hubungan ke Allah ada. Kalau
sekedar hubungan antar manusia, sekedar cari untung, susah. Yang mau dengan sistem
ini bukan mengejar materi. Materi dapat tapi bukan hanya itu tujuannya. Memang
susah cari partnernya, ada seleksi alam,” terang Vipie.
Meski terhadang berbagai kesulitan, baik Wisnu
maupun Vipie mengaku puas bisa mengembangkan kelapa yang menyambungkan keduanya
dengan rakyat sederhana pemilik kebun kelapa di pelosok tanah air. “Kepuasan
mengembangkan kelapa terletak pada fakta bahwa ini tanaman milik rakyat. Kelapa
tidak memerlukan perawatan khusus, dan pasarnya tak terbatas. Membeli produk
kami berarti memperkuat ekonomi rakyat biasa. Bagi saya, sungguh mengesankan ketika
pergi ke daerah, mereka tercengang ketika dijelaskan banyaknya manfaat kelapa.
Akhirnya mereka antusias sekali,” ujar Vipie.
Keyakinan terhadap prospek pengembangan produk
berbahan baku kelapa serta pemasarannya memang tak diragukan lagi. Justru yang
sedikit mencemaskan adalah kalau-kalau terjadi alih fungsi lahan perkebunan
kelapa. Karena itu, Vipie berharap, pemerintah memberi dukungan, setidaknya
dengan menyusun regulasi dan sosialisasi agar lahan perkebunan kelapa tetap
lestari sehingga pasokan bahan baku untuk membuat produk-produk berbahan baku pure VCO tetap tersedia. “Saya juga
berharap, pemerintah mempermudah perijinan produk. Jangan dipersulit dengan
pengurusan berbelit atau biaya tinggi,”tambahnya.
Masih banyak rencana pengembangan yang dipaparkan
Vipie. Selain memperbanyak jumlah item produk, memperluas pemasaran, kini ia
tengah berusaha meraih impian lainnya, yaitu membangun desa yang di dalamnya
terdapat pusat kesehatan, pusat pengetahuan, dan memiliki fasilitas dengan
standar internasional. “Terbayang desa yang asri, dan indah, konsepnya sudah
ada, tinggal mencari lokasi. Mungkin di sekitar Jawa Barat,” ujarnya.
Perjuangan Wisnu, Vipie, dan sederet pihak yang
tergabung dalam UD Sumber Rejeki, bukan hanya memastikan berjalannya roda bisnis,
namun juga mengawinkan semangat dan nilai-nilai kebaikan. Mungkin terlihat jauh
lebih rumit bila dibandingkan dengan pelaku bisnis yang hanya sekedar mencari
uang apalagi yang menghalalkan segala cara. Tapi bila ketenangan batin yang
dicari, tempat terpuji di akherat yang hendak dikejar, berbisnis dengan terus
berpegang pada nilai-nilai kemuliaan memang menjadi satu-satunya pilihan.
Sumber : Majalah Tarbawi